Jumat, 08 April 2016

Mountainnering

MOUNTAINNERING
Pada dasar mountainnering adalah merupakan kegiatan kepetualangan yang dilakukan oleh manusia  dalam melakukan pendakian   digunung. Dalam usaha memenuhi  obsesi ketidakpuasan manusia selalu mencari sisi  lain  dari  pada  sekedar mendaki  gunung.
Mountainnering dibagi menjadi 3 bagian :
  1. Ruang Lingkup Mountainnering
  2. Pengetahuan Dasar Mountainnering
  3. Keterampilan Dasar Mountainnering

  1. RUANG LINGKUP MOUNTAINNERING
  1. Hill Walking
Adalah kegiatan kepetualangan yang dilakukan dengan berjalan melalui  jalan-jalan setapak yang terdapat  di hutan-hutan atau dipegunungan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang banyak dilakukan   di   Indonesia. Kebanyakan    gunung   di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahapan ini. Secara  khusus  jenis kegiatan ini disebut mendaki gunung.
DSC_0034.JPG




  1. Scrambling
Adalah  perjalanan  mendaki  gunung  yang dilakukan bervariasi dengan  berjalan  melalui jalan   setapak   dan   medan – medan dengan    sudut   yang  cukup  curam  sehingga kadang – kadang membutuhkan bantuan  tangan  dan keseimbangan, bahkan tali.

DSC_0257.JPG

  1. Ice & Snow Climbing
Adalah pendakian/pemanjatan gunung es dan salju dengan berbagai variasi medan yang khusus terdapat pada gunung tersebut. Karena ice & snow climbing kurang relevan dengan kondisi alam di Indonesia yang hanya terdapat di Irian Jaya, maka perkembangannya kurang begitu pesat.

ice-climbing.jpg

  1. Rock Climbing
Adalah tehnik memanjat tebing batu yang curam dengan memanfaatkan cacat bebatuan, baik tonjolan maupun rekahan. Menurut penggunaan alatnya, rock climbing dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain :
  1. Free Climbing
Adalah tekhnik memanjat tebing yang menggunakan alat - alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi gerak memanjat itu sendiri


  1. Artificial/Aid Climbing
Adalah pemanjatan tebing yang tergantung pada segala peralatan itu, tanpa alat-alat itu, seseorang pemanjat tidak dapat berbuat apa-apa. Jelasnya alat-alat yang dipakai selain dipergunakan sebagai pengaman juga dipergunakan sebagai alat bantu untuk menambah ketinggian.
  1. Wall Climbing
Adalah memanjat tebing yang dilakukan pada tebing buatan, yang dikenal dengan panjat dinding. Bermula dari para pemanjat tebing di Alpen Eropa yang berkeinginan untuk tetap melakukan latihan memanjat pada musim dingin, maka mereka membuat tebing buatan pada areal latihannya.
          
  1. PENGETAHUAN DASAR MOUNTAINNERING
  1. Tali
Fungsi  utama  tali adalah  sebagai  alat  bantu  yang dipergunakan  untuk  mengamankan  seorang pendaki gunung dari kemungkinan terjatuh pada saat melewati medan-medan terjal.


Menurut bahan yang dipakai, tali terbagi atas 2 (dua) macam, yaitu :
  1. Tali serat alam (serat nanas atau manila)
  2. Tali serat sintetic
Dalam hal ini tali sintetic lebih umum di pakai.


Secara umum, ada terdapat 4 (macam) tali :
  1. Tali serat alam
Sebelum tali sintetis ditemukan, orang mempergunakan tali serat alam. Tali ini tidak sekuat dan selentur tali nilon, mudah rusak karena basah atau lembab, kaku dan susah diatur dan serat-seratnya mudah tercerai  berai.
  1. Tali hawserlaid
Tali ini terdiri dari serat-serat halus nilon yang dipilin menjadi tiga  badan dan relatif lebih kuat dari pada tali serat alam.Tali ini masih sering di pakai terutama untuk berlatih turun tebing. Tali hawserlaid mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
  1. Mempunyai daya lentur yang tinggi ( sampai 40 % )
  2. Konstruksinya yang sedemikian rupa sehingga   memudahkan  terhadap kerasukan yang terjadi pada tali.

Di samping itu tali ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
  1. cenderung menjadi kaku kalau sering di gunakan, sehingga agak sukar membuat simpul   (oleh karena itu setelah membuat simpul harus di periksa benar-benar apakah sudah rapih).
  2. Pilinannya juga menyebabkan tali ini cenderung melintir bila di pakai untuk absiling (turun melalaui tali). Tali ini relatif berat bila di pakai memanjat.

  1. Tali Kernmantel
Tali jenis ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian inti ( Kern) yang terdiri dari serat-serat nilon yang berwarna putih dan bagian luar (mantel) yang merupakan anyaman yang melindungi bagian inti. Dibandingkan hawserlaid, daya lentur tali kernmantel tidak terlalu besar, hanya kurang lebih 10-25 %. Akan tetapi kekuatan tali ini sangat besar dan umumnya mampu menahan beban seberat 2000 kg. kelemahan dari tali ini adalah apabila bagian inti tali ini rusak, pengamatannya akan sulit karena tertutup oleh bagian luarnya.
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Tectra-static-low-stretch-rope-100.jpg F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\1840054_kernmantelropes.jpg
  1. Webbing
Webbing adalah pita yang terbuat dari bahan nilon. Pemakaiannya menjadi popular setelah perang dunia II, sebagai akibat kelebihan produksi begitu pertempuran usai. Di karenakan kekuatannya memang sama dengan tali, webbing sering juga disebut tali pipih, kendati tidak mempunyai daya lentur. Ada dua jenis webbing, yaitu Tubular dan Non Tubular. Untuk keperluan memanjat tebing, webbing lebarnya bervariasi antara 3/4 sampai 5 cm. kegunaan webbing sangat banyak, diantaranya sebagai sling, tali tubuh, tunners, etrie, dll.
Baik tali kernmantel, hawserlaid maupun tali pipih, khususnya yang terbuat dari nilon memang mempunyai banyak kelebihan tetapi ada juga kekurangannya.


  1. Cara Merawat Kernmantel
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat tali, antara lain :
  1. untuk mencegah agar tali tidak membrudul, ujungnya harus dirapatkan dengan dibakar atau di temple dengan pisau panas.
  2. Kernmantel yang baru di beli harus di cuci terlebih dahulu agar sisa minyak dari pabrik dapat hilang dan lapisan dalam dengan luar dapat bersatu.
  3. Hindari tali nilon dari panas matahari langsung, karena tali nilon akan meleleh pada suhu 215 derajat- 220 derajat C.
  4. Untuk menghindari panas, maka dalam melakukan abseiling jangan turun terlalu cepat.
  5. Hindari gesekan antara tebing yang di lalui oleh tali dengan karung atau benda lain yang dapat menutupi bagian yang tajam.
  6. Hindari tali dari zat-zat kimia apapun karena dapat menyebabkan tali menjadi hancur, seperti air aki, asam baterai, dan lain-lain.
  7. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali, karena dapat mengurangi daya tahan tali secara perlahan- lahan.
  8. Jangan menduduki dan menginjak tali, karena tanah dapat    menyelinap masuk dalam serat-serat tali.
  9. Lepaskan segala macam simpul setelah memakai tali.
  10. Hindari gesekan nilon yang satu dengan yang lain, karena  dalam waktu singkat tali akan menjadi panas dan meleleh.
  11. Cucilah tali setelah di pakai untuk latihan dan jangan   menggunakan air panas. Semakin dingin air semakin baik, karena dapat menghindari dari kerusakan.
  12. Lakukanlah pemeriksaan tali sebelum di pakai.
Tali kernmantel seringkali mengalami kerusakan pada bagian dalamnya, misalnya serat-serat bagian dalamnya putus. Untuk mengecek apakah tali itu masih dalam keadaan baik, rabalah dan telusurilah tali itu sejengkal demi sejengkal. Bila ada bagian dalam yang putus akan terasa dari per bedaan besar diameter tersebut.


    • Catatlah riwayat tali tersebut untuk mengetahui batas   kekuatannya.
    • Pembuatan simpul cenderung mengurangi kekuatan tali.


  1. Carabiner
Carabinner snap link atau cincin kait adalah alat terpenting sesudah tali. UIAA ( Union International de Association d’Alpanisme) yang berkedudukan di jenewa Swiss memberikan ketentuan bahwa sebuah carabinner yang baik dan aman harus mampu menahan beban seberat 2200 kg (pintu tertutup) atau 1200 kg (pintu terbuka) searah dengan poros utamanya. Sedangkan searah poros kecil (poros pendek) sebuah carabinner harus kuat menahan beban seberat 600 kg.
Kekuatan carabinner itu sendiri tergantung pada beberapa hal, yaitu logam, bentuk, penampang lintang dan pintunya. Carabinner yang terbuat dari besi baja kekuatanya baik tetapi beratnya menyebabkan pemakaiannya kurang praktis. Sebagai gantinya, diciptakan carabinner dari campuran alumunium (alumunium alloy) yang ringan tetapi kekuatannya sama dengan besi baja. Pada dasarnya ada 2 (dua) bentuk carabinner, yaitu bulat telur (oval) dan bentuk D. Selain itu ada beberapa variasi misalnya bentuk nut atau bundar. Carabinner bentuk bulat telur (oval) lebih mudah digunakan untuk berbagai keperluan. Beban yang jatuh di carabinner ini terbagi rata diantara kedua sisi poros utama dan luarnya pada kedua pin di pintu carabinner. Pin di salah satu poros pendek inilah bagian yang paling lemah dari sebuah carabinner.
Carabinner berbentuk D adalah yang terbuat diantara bentuk-bentuk lainnya. Karena bentuknya, beban terpusat pada sudut yang jauh dan berlawanan dengan pintu carabinner sehingga tidak diteruskan ke pintu lainnya. Carabinner bentuk D juga dapat menahan beban dengan baik kendati pintunya terbuka. Kedudukan beban mantap di sudut-sudut tertentu tanpa tergeser-geser. Bagian terlemah dari sebuah carabinner adalah pintunya, terutama pin engsel dan pin penguncinya. Karena itu kedua pin pada pintu sebuah carabinner harus selalu diperhatikan. Carabinner yang menggunakan screw pengunci pada pintunya (screw gate) mampu mengurangi kelemahan pada pintiu, karena pin penguncinya dilindungi oleh screw.
   F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\785335.jpg
  F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\bd_Positron-Straight2007.jpg
 F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Carabiner.png
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\5o_lock_big.jpg
Macam-macam Carabiner


  1. Tali- Temali
Tali temali merupakan pengetahuan dasar yang penting dalam mountainnering. Pada pokoknya hanya ada beberapa simpul dasar dalam tali temali. Sebuah simpul yang baik harus sederahana, mudah dibuat tidak mudah lepas dengan sendirinya, tetapi dapat dilepas apabila dikehendaki. Perlu diperhatikan benar-benar penggunaannya, harus sesuai dengan gunanya karena jika salah akan berakibat faktal pada diri kita atau pada orang lain. Pada kegiatan di alam bebas, tali temali digunakan untuk :
1. Diri sendiri (dalam keadaan survival)
-  tali tubuh
-  untuk membuat bivoac
-  untuk melakukan penyebrangan  
2. Kegiatan pertolongan
-  membuat tandu
-  membuat tangga
-  memindahkan korban terutama di medan yang sukar


  1. Macam – Macam Simpul
  1. Simpul Mati
gunanya untuk menyambung 2 (dua) tali yang sama besar dan kering. 
  1. Simpul Pangkal (cliver hitch)
    F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Clove_hitch2.gifF:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\simpul-pangkal.gif
gunanya untuk mengikat tali pada tiang sebagai permulaan & pasak tenda/bivoac. 
  1. Simpul Jangkar
gunanya untuk mengikat tali pada tiang antara lain untuk membuat tandu. 
  1. Simpul Bowline
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Bow-Line-Knot.png
gunanya untuk mengikat sesuatu tetapi yang diikat masih bergerak. 
  1. Simpul Fisherman & Double Fisherman
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\ist2_5750627-double-fisherman-s-knot.jpg
gunanya untuk menyambung 2 (dua) buah tali yang sama besar.
  1. Simpul Pita
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\image082.jpg
gunanya untuk menyambung 2 (dua) buah pita (tali yang berbentuk pita).
  1. Simpul Prusick
            F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Untitled-1 copy.jpg
gunanya untuk pertongan dimana dibutuhkan gerak naik dan turun melalui sebuah tali. Sifat simpul ini adalah menjepit bila mendapat beban serta menggeser bila di dorong dan tidak mendapat tekanan. 
  1. Simpul Figure of Eight dan double figure of eight
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\fe14.gif F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\rc15.gif
gunanya akhir simpul dan pengaman tubuh.
  1. Simpul Timber of Hitch ( tambat)
gunanya untuk mengikat pada tiang tetapi sangat mudah dilepas dan apabila di tarik maka akan semakin kuat.


  1. Hardnest/Tali Tubuh
Hardnest adalah peralatan atau perlengkapan yang dirancang agar beban seseorang pendaki gunung/pemanjat tebing yang jatuh dan tergantung di tali tidak patah pinggangnya. Hardnest terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Full body hardnest
2. Seat hardnest
3. Chest hardnest


  1. Anchor  System
Anchor adalah suatu titik kemanan dimana simpul yang kita buat disangkutkan. Anchor berguna untuk mengikat tali yang telah tersimpul dan di gunakan untuk melakukan rappling/abseiling atau naik memakai alat ( Prusiking ). Anchor terdiri dari anchor alamiah/natural dan anchor buatan. Pada makalah ini anchor buatan tidak kita bicarakan. Anchor alamiah dapat dibuat dengan menggunakan weebing, karabiner atau tali itu sendiri dengan menggunakan batang pohon/akar atau batu besar yang kuat. Anchor alamiah biasanya sangat kuat sebagai titik keamanan.
  1. KETERAMPILAN DASAR MOUNTAINEERING
  1. Penyebrangan
Dalam suatu perjalanan kita sering di hadapkan dengan keadaan medan yang mengharuskan kita melakukan teknik penyebrangan. Kita dapat melakukan teknik penyebrangn dengan menggunakan alat – alat yang kita bawa dalam suatu perjalanan, antara lain :
  • Ponco
  • Weebing
  • Tali
  • Karabiner


Ada dua teknik penyebrangan
  1. Penyebrangan Basah
penyebrangan basah dilakukan jika :
  • medan atau sungai yang akan kita lalui tidak berdinding curam
  • aliran air tidak deras atau tidak banyak pusaran air


Cara Penyebrangan Basah
cara pertama
kita membuat pelampung dari ponco yang di bawa, caranya :
  • ponco di gelar dengan bagian kepala di tengah.
  • Kemudian di taruh ranting -ranting pohon atau daun kering /rumput kering
  • Kemidian di lipat dan di ikat sedemikian rupa sehingga berbentuk semacam bantal kemudian di ikat dengan tali, usahakan ikatan ini rapid dan kuat sehingga tidak ada celah yang dapat di masuki air. Dengan ikatan yang rapih kita dapat menghasiklan pelampung yang baik, tahan lama dan mengambang di air. Jika pelampung telah jadi, maka kita dapat menyebrang sungai dengan bantuan pelampung dan bantuan kaki. Cara ini akan tidak fektif jika membawa beban ransel yang cukup berat dan relatif tidak aman.


Cara Kedua
Jika dalam perjalanan kelompok, maka tentukanlah seorang leader yang mempunyai kemampuan renang yang baik. Kemudian ikatkan tali yang cukup panjang untuk sampai kesebrang sungai pada tubuhnya. Leader berenang dengan membawa tali kesebrang kemudian mengikatkannya pada suatu tempat yang kuat. Untuk mencegah hal yang tidak di inginkan, leader juga dapat mengikatkan pelampung yang di buat dari ponco pada tubuhnya dan yang utama adalah jangan berenang menentang aliran sungai. Sedangkan anggota yang lain membuat tali jiwa. Pada ujung yang satu di ikatkan dengan karabiner denga kemudian di ikatkan pada tali yang terbentang di sungai. Kemudian secara perlahan-lahan mulai menyebrang  dengan kedua tangan menarik secara bergantian. Cara kedua ini relatif aman, tetapi tali yang di gunakan harus cukup kuat.
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\Wet Crossing.png  Penyebrangan basah


  1. Penyebrangan Kering
penyebrangan kering di lakukan bila :
  • medan atau sungai yang di lalui itu bertebing
  • curam
  • aliran sungainya deras
  • ada banyak pusaran air


Cara Penyebrangan Kering
  • tentukan seorang leader yang mempunyai kemampuan turun tebing, memanjat tebing dan renang yang baik. Leader berusaha memasang tali supaya terbentang di antara sungai. Perlu di perhatikan tali yang terbentang harus kuat dan pada tempat yang tidak mudah lepas.
  • Anggota yang lainnya membuat tali jiwa dan diikatkan pada karabiner yang kemudian di kaitkan pada tali yang terbentang.
  • Tubuh di tidurkan pada tali yang terbentang untuk menyebrangi, kaki kanan di atas tali dan kaki kiri di bawah tali, kedua tanga menarik tali dengan arah kedepan dengan cara bergatian dan di bantu dengan kaki kanan.
F:\FOTO  ALAT MOUNTAINNERING\S5031971.jpg
Hal utama yang perlu diperhatikan jika kita harus melakukan penyebrangan”siapkan segala sesuatu degan rencana yang matang, jika tidak fatal akibatnya”


  1. Prusiking
Adalah kemampuan dasar yang harus di kuasai seorang pendaki gunung. Dengan dua tali berdiameter kecil, kita dapat menggenggam tali dan menggenjot badan untuk naik turun. Teknik itulah yang disebut prusiking, karena simpul yang di pakai untuk menggenggam tali di namakan simpul prusik. Prinsip simpul prusik adalah menjepit bila mendapat tekanan dan dapat di geser ketas dan kebawah jika tidak mendapat beban.


Cara Melakukan Prusiking :
  1. ukurlah panjang tali prusik itu sejarak satu jangkauan kaki dan ujung tangan adalah panjang tali prusik yang kita butuhkan, jangan lebih dari jarak itu, karena akan merugikan jarak yang biasa di jangkau ketika sedang melakukan prusiking.
  2. simpul prusik yang di buat di bagian atas fungsinya adalah untuk menahan badan.
  3. sedangkan simpul prusik yang dibawahnya di gunakan untuk menaikan badan, yaitu dengan cara menginjakan kaki di ikatkan tali yang berhubungan dengan simpul itu.
                                     
  1. Rappelling atau Menuruni Tebing
Pada tebing yang tidak terlalu curam, gerakan turun mungkin dapat di lakukan ketika bergerak turun tidak sebebas ketika sedang memanjat. Ini merupakan suatu kelemahan tersendiri. Sehingga pada dasarnya menuruni tebing lebih sulit dari pada memanjat tebing.
Pada tebing yang terjal diperlukan penguasaan teknik tertentu untuk menuruninya, terutama tali. Dalam istilah rock climbing di kenal dengan istilah abseiling (Jerman), atau rappelling (Prancis). Istilah ini mengandung arti : menuruni tebing dengan menggunakan tali melalui geseran tertentu agar gerakan dapat di kontrol.

DSC_0281.JPG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar