Navigasi
darat merupakan ilmu praktis.
Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan
konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui
teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi.
Dalam mendaki
naik gunung, ada pengetahuan dasar khususnya menyangkut navigasi darat atau
peta-kompas yang harus dimiliki seorang pendaki. Peralatan navigasi standar
yang harus dibawa saat mendaki gunung adalah peta, kompas, dan altimeter. Dalam
arti populer, peta adalah representasi bentuk bentang bumi yang dicetak di
kertas.
Peta sendiri ada
banyak ragamnya, sesuai keperluan. Namun peta yang bermanfaat bagi pendaki
gunung adalah topografi, peta yang menggambarkan bentuk-bentuk dan kondisi
permukaan bumi. Dalam melihat peta, perhatikan skala atau perbandingan jarak
dengan jarak sebenarnya. Skala peta dapat ditunjukkan dalam angka (misalnya
1:250.000) atau dalam bentuk garis. Untuk itu, jangan menggunakan fotokopi peta
yang diperbesar atau diperkecil ukurannya.Selain
membingungkan penghitungan jarak, pembesaran peta tidak menunjukkan akurasi
relief bumi. Ada
baiknya, pendaki lebih dahulu mempelajari makna le-genda (simbol konvensional)
dan kontur-garis penunjuk relief bumi-yang ada di peta. Penjelasan legenda
selalu ada di bagian bawah peta. Dengan membaca kontur, dapat dibayangkan
kondisi medan
sebenarnya. Garis-garis kontur bersisian rapat menunjukkan medan yang curam, bila jarang berarti
medannya landai.
Lengkungan kontur yang menonjol keluar dari sebuah titik, menggambarkan punggung bukit atau gunung (ridge), sebaliknya adalah lembah. Di lembah-lembah seperti itu biasanya ada aliran sungai. Ditambah kompas, peta merupakan alat untuk dapat menentukan posisi pendaki di gunung atau menunjukkan arah jalan. Teknik menggunakan variasi kompas dan peta dikenal dengan cross bearing, terbagi dalam resection (menentukan posisi kita di dalam peta) dan intersection (menentukan posisi satu tempat di peta).
Lengkungan kontur yang menonjol keluar dari sebuah titik, menggambarkan punggung bukit atau gunung (ridge), sebaliknya adalah lembah. Di lembah-lembah seperti itu biasanya ada aliran sungai. Ditambah kompas, peta merupakan alat untuk dapat menentukan posisi pendaki di gunung atau menunjukkan arah jalan. Teknik menggunakan variasi kompas dan peta dikenal dengan cross bearing, terbagi dalam resection (menentukan posisi kita di dalam peta) dan intersection (menentukan posisi satu tempat di peta).
Resection
dilakukan dengan mula-mula mencari dua titik di medan sebenarnya yang dapat diidentifikasi
dalam peta seperti puncak-puncak gunung. Kedua, hitunglah sudut (azimuth) kedua
obyek tadi terhadap arah utara dengan kompas. Ketiga, pindahlah ke peta. Dengan
menggunakan busur derajat, letakkan titik pusat busur derajat menghimpit titik
identifikasi obyek dalam peta. Bila sudut azimuth yang diperoleh kurang dari
180 derajat, tambahkan azimuth itu dengan angka 180 derajat. Bila azimuth yang
didapat dari kompas lebih dari 180 derajat, tambahkan dengan angka 180 derajat.
Keempat, gunakan angka hasil perhitungan itu (dinamakan teknik back azimuth)
untuk membuat garis lurus dari titik identifikasi. Perpotongan dua garis dari
dua titik identifikasi menunjukkan letak kita di dalam peta.
Menentukan titik
awal perjalanan di peta merupakan hal yang penting. Di tengah perjalanan,
seorang pendaki kerap tidak dapat memainkan teknik cross bearing karena faktor
cuaca atau medan
yang tidak memungkinkan melihat titik-titik orientasi. Bila demikian,
membandingkan keadaan medan
sekitar dengan kontur peta dan merunutnya dari titik awal perjalanan, kadang
menjadi satu-satunya cara menentukan posisi. Dalam keadaan seperti itu,
altimeter atau piranti penunjuk ketinggian sangat dibutuhkan.
Saat ini fungsi
kompas dan altimeter dapat diganti dengan GPS (Global Positioning
System/piranti canggih menggunakan sinyal satelit). Dengan alat itu, pendaki
dapat mengetahui kedudukannya dalam lintang dan bujur (koordinat) bumi.
Pemakainya tinggal mencari besaran koordinat di peta. Bahkan GPS model mutakhir
dapat menyimpan rekaman gambar peta melalui CD-Rom. Dengan begitu, pendaki bisa
mengabaikan peta karena peta sekaligus tersaji di layar monitornya. Bisa juga
menggunakan jam tangan keluaran suunto dan casio yang ada fitur altimeter,
barometer dan kompas.
1.
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur
yang bisa dilihat dalam peta :
- udul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
- Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
- Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
- Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
- Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
- Legenda peta, adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia,
peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu
peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map
Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta
AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25
m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan
interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
2.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain.
Sistem koordinat
yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
- Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″). - Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1mm).
3.
Analisa
Peta
Salah
satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan
sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
- Unsur dasar peta
Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya. - Mengenal tanda medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
Antara garis
kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan Garis yang
berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih
tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah. Beda
ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah Daerah
datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur
rapat.
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal
dalam peta topografi :
- Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
- Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
- Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
- Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
- Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
- Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
- Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
Pengertian akan
tanda medan ini
mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
diperlukan Kompas. Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat
magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara selatan (meskipun utara
yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara
fisik, kompas terdiri dari :
- Badan, tempat komponen lainnya berada
- Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
- Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
- Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih
kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik
adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan
tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu
diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas
merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat.
4.
Orientasi-Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya ( atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana.
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya ( atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana.
Orientasi peta
ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta
adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta :
- Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
- Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
- Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
- Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
- Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah
lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana
posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah
metode resection.
5.
Resection
Resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebon teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebon teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah
melakukan resection :
- Lakukan orientasi peta
- Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
- Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik).
- Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
- Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
- Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
6.
Intersection
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah
melakukan intersection adalah:
- Lakukan orientasi peta
- Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
- Bidik obyek yang kita amati
- Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
- Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
- Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Peralatan yang
dibutuhkan :
- Kompas bidik atau prisma
- Conector
- Peta Topografi
- Pensil
- Penggaris
- Spidol warna
7.
Azimuth–Back-Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth.
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth.
Dalam resection
back azimuth diperoleh dengan cara:
- Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
- Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya dama dengan 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, seiperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui
azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting
peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu
sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas
(lurus/ man to man). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus
dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
- Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
- Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan.
- Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
- Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
- Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
- Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
8.
Merencanakan-Jalur-Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke gunung Semeru, tapi dengan menggunakan jalur sendiri. Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan.
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke gunung Semeru, tapi dengan menggunakan jalur sendiri. Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
sebelum anda memplot jalur lintasan. Pertama, anda harus membekali dulu
kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di
peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection,
azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain
informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda
punya informasi tambahan lain tentang medan
lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak
informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya
sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah
tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara
titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni
jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada
titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda
medan tertentu,
misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih
fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan,
dengan tetap berpatokan tanda medan
tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat
jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
- Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
- Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
- Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
- Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
- Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.
9.
Penampang
Lintasan
Penampang
lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika
dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan..
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut
pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang
sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya
sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita
menggambarkan bentuk medan
dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat
penampang lintasan :
· Sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
· Memudahkan kita
untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
· Dapat mengetahui
titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
Untuk menyusun
penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah
akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang. Langkah-langkah membuat
penampang lintasan:
· Siapkan peta
yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang
runcing, penggaris dan penghapus
· Buatlah sumbu x,
dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang
anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan
satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik
terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
· Tempatkan titik
awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu pada
perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan
ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat.
Demikian seterusnya hingga titik akhir.
· Perubahan satu
kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama
lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
· Tambahkan
keterangan pada tanda-tanda medan tertentu,
misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya
berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang
vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca
dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar